Posted by DKT EKONOMI on Tuesday, September 9, 2014
NEFOSNEWS, Jakarta – Dibandingkankan negara lain, rasio utang luar negeri Indonesia termasuk paling tinggi. Posisi debt service ratio (DSR) sudah mencapai 36 persen. Apa penyebab rasio utang kita tinggi?
Posisi utang
luar negeri Indonesia per Juni 2014 tercatat US$ 284,9 miliar atau lebih
dari Rp 3.300 triliun. Sedangkan rasio pembayaran cicilan dan bunga
utang luar negeri dibanding penerimaan ekspor (debt service ratio) tercatat 36 persen.
“Kalau kita
perhatikan, jika dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia berada
dalam rasio utang yang dimiliki negara termasuk sangat tinggi yakni 36
persen,” kata Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia (BI), di
Ternate, pada Sabtu (6/9/2014).
Rasio utang di Malaysia hanya 29 persen, Filipina 21 persen, Brasil 21 persen, Turki 29, persen dan India hanya lima persen.
Untuk diketahui, semakin tinggi DSR, semakin berisiko keuangan suatu negara. Batas aman DSR suatu negara adalah 20 persen.
Terus
meningkatnya rasio utang luar negeri, menurut Agus, disebabkan karena
semakin tingginya utang swasta dari perbankan dan portofolio asing telah
mencapai US$ 153 miliar, hampir setara dengan Rp 1.800 triliun. Apalagi
arus masuk investasi portofolio ke surat utang negara telah mencapai
Rp423 triliun atau 35,4 persen.
Sebagian besar aliran dana dari portofolio ini masuk ke pasar bond,
mencapai kisaran 60-70 persen. Baru disusul saham dan Sertifikat Bank
Indonesia (SBI). Situasi ini rentan, karena aliran modal ke obligasi
walaupun nominalnya besar, bisa keluar kapanpun tergantung respon sang
investor asing.
Sumber