Posted by DKT EKONOMI on Saturday, August 16, 2014
Ephel Sudarmadji mulai terjun ke bisnis maternity photography atau
foto ibu hamil pada tahun 2011, dengan mengusung bendera usaha Click
Portraiture. Ephel sendiri sudah menekuni hobi fotografi sejak lama.
Cuma, hobinya itu baru dia manfaatkan sebagai ajang bisnis sejak dia
menekuni maternity photography. Ia terinspirasi dari teman-teman
sebayanya yang sudah menikah dan memiliki jarak kehamilan yang
bersamaan.
"Dari situ, ada keinginan untuk mengabadikan momen-momen teman saya
yang sedang hamil, lalu berujung pada bisnis," kata Ephel. Â
Ia tertarik terjun ke bisnis ini karena memotret ibu hamil tidak
serumit memotret objek lain, seperti foto wedding dan pre-wedding. "Ibu
hamil itu kan tidak boleh banyak gerak, dan gayanya juga tidak boleh
asal. Jadi di situ menariknya," ujarnya.
Sebelum terjun ke bisnis ini, Ephel pernah mengikuti pelatihan dan
mendalami fotografi di Darwis Triadi School of Photography. Di sekolah
fotografi itu ia bertemu pria yang kini menjadi suaminya.
Lalu, mereka memutuskan untuk merintis bisnis ini bersama-sama. "Jadi
suami saya juga seorang fotografer," ucapnya. Dalam menggeluti bisnis
ini, Click Portraiture memang sengaja tidak membuka studio foto.
Kantornya sendiri ada di daerah Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
Di kantor itu hanya ada studio kecil yang digunakan sebagai sampel.
Menurutnya, jasa maternity photography tidak memerlukan studio foto
karena ibu hamil jarang mau difoto di studio. Kebanyakan pemotretan
dilakukan di rumah sang klien tersebut.
Makanya, dalam memberikan jasa ini ia dan timnya yang mendatangi
pelanggan. "Ibu hamil itu kan sulit bepergian dan bergerak, makanya kami
yang inisiatif datang," jelasnya.
Menurut Ephel, tidak ada teknik yang spesial yang diaplikasikan dalam
pemotretan maternity photography. Yang penting, konsepnya harus indah
dan klasik. Si ibu harus senang dan tidak boleh stres, sebab itu
mempengaruhi hasil foto.
Usia kandungan yang ideal untuk dipotret sekitar enam bulan sampai
delapan bulan. Saat itu perut si ibu sudah bagus untuk difoto. Bila di
atas delapan bulan, khawatir si ibu terlalu lelah karena banyak
bergerak.
Dalam melakukan pemotretan, Ephel dibantu suaminya. Tapi jika
sedang banyak order, ia juga melibatkan fotografer lain. Untuk urusan
memotret ibu hamil, Ephel sendiri yang melakukannya. Sedangkan sang
suami hanya membantu persiapan teknis.
Menurutnya, jika fotografernya seorang wanita, pelanggan lebih nyaman
dan tidak kaku.
Konsep tema, gaya, riasan wajah, dan kostum juga
berasal dari ide Ephel. Sedangkan untuk teknik pencahayaan, properti,
dan peralatan pendukung disiapkan oleh suaminya.
"Jumlah pelanggan sulit diprediksi. Dalam sebulan, rata-rata ada
empat sampai enam ibu hamil yang kami foto di sekitaran Jabodetabek,"
katanya. Â
Dengan konsumen sebanyak itu, Ephel dapat menghasilkan omzet hingga
Rp 30 juta per bulan. Tarif pemotretan berkisar antara Rp 3,5 juta
hingga Rp 6 juta per sesi pemotretan, tergantung jumlah pose yang
diminta, tema yang dipilih, dan album.  Â